BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dewasa ini tidak terlepas
dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu
sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu.Tahap-tahap
itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai preodesasi sejarah perkembangan
ilmu. Sejak dari jaman klasik,zaman pertengahan,zaman modern dan zaman
konteporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa ibarat mata rantai yang
tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan suatu masa menjadi
unsur penting bagi penemuan-penumuan lainnya dimasa berikutnya. Satu hal yang
tak sulit untuk dispakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia kehidupan
manusia modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan
teknologi,factor ekonomi,politik,pertahanan,dan keamanan, sosial dan budaya,
komunikasi dan transportasi,pendidikan,seni,kesehatan,dll. Semuanya membutuhkan
dan mendapat sentuhan teknologi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian landasan,filosofi dan pendidikan?
2.Aliran apa saja yang terdapat didalam filsafat pendidikan?
C. TUJUAN MASALAH
1. Agar mahasiswa dapat
mengetahui Landasan Filosofi dan Keilmuan Ilmu Pendidikan
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan aliran-aliran filsafat pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
LANDASAN FILOSOFI DAN KEILMUAN ILMU
PENDIDIKAN
1. Pengertian
Landasan, Filosofi, dan Pendidikan
Ada tiga
istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian
landasan pendidikan, yaitu istilah landasan, istilah filosofis dan istilah
pendidikan. Landasan artinya dasar atau pijakan. Filosofis / Filsafat,
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein / philos yang
artinya cinta dan sophos / sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu,
kebenaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Filosofi / Falsafat adalah pengetahuan
dan penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan
hukumnya. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 merupakan usaha sadar
dan terencana untuk menjadikan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya hingga memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
2.
Aliran
–Aliran dalam Filsafat Pendidikan
Saat kemunculannya yang pertama, filsafat
tidak memiliki definisi lain selain sebagai cara atau seni menuju bijak. Dalam
konseptualisasi ekstrem,filsafat pada periode pertama saat mulai disadari
bahkan tidak, belum memiliki nama
apaun,termasuk nama “filsafat”. Dalam bab ini kita membicarakan tentang
aliran-aliran pokok dalam filsafat pendidikan,yaitu:
1.
Filsafat Pendidikan Idealisme
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh
setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui
atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan
orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan
senang tak senang mengenai nilai tersehut. Kecenderungan-kecenderungan
pemikiran idealisme ini lebih banyak muncul dan berkembang di belahan
dunia barat. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat
bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan.
Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan
antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat
bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan,
dan kekuatannya sepanjang masa.
2.
Filsafat Pendidikan progresivisme
Lahir di Amerika, akhir abad 19 menjelang awal abad 20.
Mula-mula ,istilah ini bersifat sosiologi guna menyebut gerakan sosial
politik di Amerika,
ketika proses indrustrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu pasif. John dewey(1859-1952) adalah satu tokoh yang kerap di pandang
menjadi pelopor lahirnya aliran progrevisisme. Sementara Dewey tidak lain
adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat
di pengaruhi filsafat pragmatisme, yang
lebih banyak terpusat pada eksperimentasi eksperimentasi. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan
sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
3.
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Adalah filosofi
yang menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan,
baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor baik sektor
lokal nasional maupun internasional. Hal ini sebagai pertanda bahwa pendidikan
di Indonesia harus mampu bersaing secara Internasional.
4. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Istilah “perenialisme”berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar “perenis” atau
“perenial”(bahasa inggris) yang
berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi.
Maka, pandangan
selalu memercayai mengenai adanya nilai-nila, norma-norma
yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme memandang pendidikan
sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme
merupakan aliran filsafat mendasarkan parsatuan, bukan mencerai-beraikan; menemukan persamaan-persamaan, bukan
membanding-bandingkan; serta
memahami isi, bukan melihat luar
atas berbagai aliran danpemikiran. Dalam pendidikan, kaum perenialis
berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta
membahayakan, seperti yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang
lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan
pendidikan, serta kesetabilan dalam perilaku pendidik.
5.
Filsafat Pendidikan Eksistensialisasi
Adalah filosofi
yang berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan
eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan
melalui proses pendidikan yang bermartabat, Pro akan perubahan (kreatif,
inovatif dan eksperimenetif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat dan
kemampuan peserta didik. Dari kata Eksistensalisme, dapat kita simpulkan bahwa
filosofi ini didasarkan pada eksistensi peserta didik, semakin tinggi
eksistensi siswa dalam proses belajar mengajar maka siswa dianggap mampu
mencapai target pendidikan yang direncanakan.
Eksistensialisme termasuk filsafat pendatang baru. Eksistensialisasi selalu
menjadi pemikiran filsafat yang berupaya untuk agar manusia menjadi dirinya,
mengalami individualitas. Eksistensi berarti berdiri sebagai diri sendiri.
6.
Filsafat
Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksisme
berasal dari kata reconnstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan aliran ini adalah menyusun kembali susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kehidupan yang bercorak modern. Dengan singkat
dapat dikemukakan bahwa aliran Rekontruksionalisme bercita-cita,untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan
nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari kedaulatan dan otoritasinternasionl.
Aliran ini memersepsikan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia
yang diatur, diperintah secara
demokratis, bukan dunia yang
dikuasai oleh golongan tertentu.
7.
Filsafat
Pendidikan Behaviorisme
Behaviorisme
atau aliran perilaku (juga
disebut perspektif belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada
proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus
dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian
dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal
atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Teori belajar behavioristik adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini kemudian berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan serta pengajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
8.
Filsafat
Pendidikan Realisme
Realisme demikian
aliran filsafat ini kerap dipandang sebagai sisi keping yang berbeda dari
idealisme, hadir menjadi reaksi
corak idealisme yang cenderung abstrak dan metafisik. Instrumen utama realisme
adalah indra dan terlepas dari asumsi pengetahuan yang di konstruksi akal
pikir. Ini menjadi pembeda tegas dengan idealisme yang justru lebih bepegang
pada kondisi-kondisi mental akal pikiran.
9.
Filsafat
Pendidikan Pragmatisme
Dewey adalah
filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di
pengaruhi filsafat pragmatisme, yang
lebih banyak terpusat pada eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan
investigasi-investigasi ilmiah sains modern yang memandang betapa pengalaman
selalu menjadi hal yang pokok dan utama. Dalam gerakan pendidikan ini, sekolah-sekolah menjadi ruang yang
benar-benar bebas gejala-gejala indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.
Pendidikan
merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik
secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam
dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya
peradaban manusia. Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi
antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi
dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi
pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia pendidikan.
Realitas dalam
abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga
penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam
memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan
tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring
gencarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun
mengalami perkembangan yang pesat. Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia
pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya kesadaran eksistensial
praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia.
Pendidikan
sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis,
aksiologis, dan ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah
praktek pendidikan sangat penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan
generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses pendidikan
merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga
unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati
nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya.
Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari
konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan
masyarakat Indonesia yang terus berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti
bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu
bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.
Menurut Wen
(2003), di zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi
individu juga berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras
dan mencari nafkah lewat kerja fisik, zaman industri menuntut standarisasi dan
tidak menekankan kualitas dan talenta individual, dan zaman internet adalah
zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali
tertindas di zaman industri. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas
pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan landasan bagi
pendidikan beraspek multi.
Berbicara
tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan
filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian
yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan
menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005),
landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat
pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang
sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik
dijalankan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik
secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis.
Aliran-aliran filsafat pendidikan :
Ø Filsafat
Pendidikan Idealisme.
Ø Filsafat Pendidikan progresivisme.
Ø Filsafat Pendidikan Esensialisme.
Ø Filsafat Pendidikan Perenialisme.
Ø Filsafat Pendidikan Eksistensialisasi.
Ø Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.
Ø Filsafat Pendidikan Behaviorisme.
Ø Filsafat Pendidikan Realisme.
Ø Filsafat Pendidikan Pragmatisme.
Dirgantara
Wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar