Senin, 15 Juni 2015

Landasan Filosofi dan Keilmuan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dewasa ini tidak  terlepas  dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu.Tahap-tahap itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai preodesasi sejarah perkembangan ilmu. Sejak dari jaman klasik,zaman pertengahan,zaman modern dan zaman konteporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa ibarat mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan suatu masa menjadi unsur penting bagi penemuan-penumuan lainnya dimasa berikutnya. Satu hal yang tak sulit untuk dispakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia kehidupan manusia modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan teknologi,factor ekonomi,politik,pertahanan,dan keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan transportasi,pendidikan,seni,kesehatan,dll. Semuanya membutuhkan dan mendapat sentuhan teknologi.

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian landasan,filosofi dan pendidikan?
2.Aliran apa saja yang terdapat didalam filsafat pendidikan?

C.     TUJUAN MASALAH
1. Agar mahasiswa dapat  mengetahui Landasan Filosofi dan Keilmuan Ilmu Pendidikan
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan aliran-aliran filsafat pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN FILOSOFI DAN KEILMUAN ILMU PENDIDIKAN
1.      Pengertian Landasan, Filosofi, dan Pendidikan
Ada tiga istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah landasan, istilah filosofis dan istilah pendidikan. Landasan artinya dasar atau pijakan. Filosofis / Filsafat, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein / philos yang artinya cinta dan sophos / sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Filosofi / Falsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dng akal budi mengenai hakikat segala yg ada, sebab, asal, dan hukumnya. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 merupakan usaha sadar dan terencana untuk menjadikan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya hingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
2.      Aliran –Aliran dalam Filsafat Pendidikan
Saat kemunculannya yang pertama, filsafat tidak memiliki definisi lain selain sebagai cara atau seni menuju bijak. Dalam konseptualisasi ekstrem,filsafat pada periode pertama saat mulai disadari bahkan tidak, belum memiliki nama apaun,termasuk nama “filsafat”. Dalam bab ini kita membicarakan tentang aliran-aliran pokok dalam filsafat pendidikan,yaitu:
1.      Filsafat Pendidikan Idealisme
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Kecenderungan-kecenderungan pemikiran idealisme ini lebih banyak muncul dan berkembang di belahan dunia barat. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa. 
2.       Filsafat Pendidikan progresivisme
Lahir di Amerika, akhir abad 19 menjelang awal abad 20. Mula-mula ,istilah ini bersifat  sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di Amerika, ketika proses indrustrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu pasif. John dewey(1859-1952) adalah satu tokoh yang kerap di pandang menjadi pelopor lahirnya aliran progrevisisme. Sementara Dewey tidak lain adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi filsafat pragmatisme, yang lebih banyak terpusat pada eksperimentasi eksperimentasi. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3.       Filsafat Pendidikan Esensialisme
Adalah filosofi yang menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor baik sektor lokal nasional maupun internasional. Hal ini sebagai pertanda bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu bersaing secara Internasional. 
4.      Filsafat Pendidikan Perenialisme
Istilah “perenialisme”berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar “perenis” atau “perenial”(bahasa inggris) yang berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Maka, pandangan selalu memercayai mengenai adanya nilai-nila, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme merupakan aliran filsafat mendasarkan parsatuan, bukan mencerai-beraikan; menemukan persamaan-persamaan, bukan membanding-bandingkan; serta memahami isi, bukan melihat luar atas berbagai aliran danpemikiran. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan, seperti yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta kesetabilan dalam perilaku pendidik. 
5.       Filsafat Pendidikan Eksistensialisasi
Adalah filosofi yang berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, Pro akan perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimenetif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik. Dari kata Eksistensalisme, dapat kita simpulkan bahwa filosofi ini didasarkan pada eksistensi peserta didik, semakin tinggi eksistensi siswa dalam proses belajar mengajar maka siswa dianggap mampu mencapai target pendidikan yang direncanakan.
Eksistensialisme termasuk filsafat pendatang baru. Eksistensialisasi selalu menjadi pemikiran filsafat yang berupaya untuk agar manusia menjadi dirinya, mengalami individualitas. Eksistensi berarti berdiri sebagai diri sendiri.
6.      Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksisme berasal dari kata reconnstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran ini adalah menyusun kembali susunan lama dan membangun tata susunan hidup kehidupan yang bercorak modern. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran Rekontruksionalisme bercita-cita,untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari kedaulatan dan otoritasinternasionl. Aliran ini memersepsikan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.

7.      Filsafat Pendidikan Behaviorisme
Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat  bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan serta pengajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
8.       Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme demikian aliran filsafat ini kerap dipandang sebagai sisi keping yang berbeda dari idealisme, hadir menjadi reaksi corak idealisme yang cenderung abstrak dan metafisik. Instrumen utama realisme adalah indra dan terlepas dari asumsi pengetahuan yang di konstruksi akal pikir. Ini menjadi pembeda tegas dengan idealisme yang justru lebih bepegang pada kondisi-kondisi mental akal pikiran.
9.      Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Dewey adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi filsafat pragmatisme, yang lebih banyak terpusat pada eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan investigasi-investigasi ilmiah sains modern yang memandang betapa pengalaman selalu menjadi hal yang pokok dan utama. Dalam gerakan pendidikan ini, sekolah-sekolah menjadi ruang yang benar-benar bebas gejala-gejala indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.
Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya peradaban manusia. Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia pendidikan.

Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat. Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia.

Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.

Menurut Wen (2003), di zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik, zaman industri menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual, dan zaman internet adalah zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan landasan bagi pendidikan beraspek multi.

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti  berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis.
Aliran-aliran filsafat pendidikan :
Ø  Filsafat Pendidikan Idealisme.
Ø  Filsafat Pendidikan progresivisme.
Ø  Filsafat Pendidikan Esensialisme.
Ø  Filsafat Pendidikan Perenialisme.
Ø  Filsafat Pendidikan Eksistensialisasi.
Ø  Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.
Ø  Filsafat Pendidikan Behaviorisme.
Ø  Filsafat Pendidikan Realisme.
Ø  Filsafat Pendidikan Pragmatisme.


Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar