ASPEK
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik merupakan proses
tumbuh kembang yang ditandai dengan Peningkatan berat badan anak lebih banyak
dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama
karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh
lainnya.
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik (motorik)
merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan
yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai
bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak, yakni
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan motorik meliputi
motorik kasar dan halus :
a.
Motorik kasar
adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya.
b. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
3.
Perkembangan Kognitif (Berfikir)
Pada aspek koginitif, perkembangan
anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami
informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan
perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan
berbicara. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak
dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu
berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir. Aspeknya
antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berpikir
logis. Intinya adalah kemampuan anak mengembangkan kemampuan berpikir
4. Perkembangan Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan atau
perasaan yang bergejolak pada diri seseorang yang disadari dan
diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner
adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai
kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan
untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama
perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu
stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan
menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi
bereaksi dengan cara menangis.
Perkembangan pada aspek ini meliputi
kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan
marah, serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat
dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
Perkembangan emosi harus dipupuk sejak dini. Misalnya, orang tua harus bisa memberikan kehangatan,
sehingga anak akan merasa nyaman. Anak juga akan belajar dari model di
lingkungannya. Apa yang ia rasakan akan ia berikan kembali ke lingkungannya.
Jika orang tuanya bersikap hangat, ia pun akan bersikap yang sama terhadap lingkungannya.
Jika orang tua tak pernah memberikan kehangatan pada anak, anak akan merasa
ditolak. Akibatnya, ia bisa depresi yang tentu akan mempengaruhi kemampuannya
berinteraksi dengan lingkungan. Akibat lain, anak bisa takut mencoba, malu
bertemu dengan orang, dan sebagainya.
5.
Perkembangan Sosial/Psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan
bermain bersama teman-teman sebayanya, Jika anak sudah punya kemampuan
itu, orang tua bisa memberikan dukungan. Anak juga sebaiknya juga dikenalkan
dengan lingkungan baru. Ajarkan ia cara beradaptasi. Hambatan perkembangan
psikososial akan membuat anak mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan
orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu. Atau sebaliknya, jika orang tua
overprotektif, anak menjadi sulit berpisah dengan orang tua, sulit mengerjakan
segala sesuatuya sendiri karena tidak pernah diberi kesempatan untuk itu.
Dirgantara Wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar