Senin, 15 Juni 2015

Aspek Perkembangan Peserta Didik

ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

1.      Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik merupakan proses tumbuh kembang yang ditandai dengan Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.

2.      Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak, yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan otak.  Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus :
a.       Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
b.      Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

3.      Perkembangan Kognitif (Berfikir)
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir. Aspeknya antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berpikir logis. Intinya adalah kemampuan anak mengembangkan kemampuan berpikir
4.      Perkembangan Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri seseorang  yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan.          Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi bereaksi dengan cara menangis.
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah, serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
Perkembangan emosi harus dipupuk sejak dini. Misalnya, orang tua harus bisa memberikan kehangatan, sehingga anak akan merasa nyaman. Anak juga akan belajar dari model di lingkungannya. Apa yang ia rasakan akan ia berikan kembali ke lingkungannya. Jika orang tuanya bersikap hangat, ia pun akan bersikap yang sama terhadap lingkungannya. Jika orang tua tak pernah memberikan kehangatan pada anak, anak akan merasa ditolak. Akibatnya, ia bisa depresi yang tentu akan mempengaruhi kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan. Akibat lain, anak bisa takut mencoba, malu bertemu dengan orang, dan sebagainya.

5.      Perkembangan Sosial/Psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya, Jika anak sudah punya kemampuan itu, orang tua bisa memberikan dukungan. Anak juga sebaiknya juga dikenalkan dengan lingkungan baru. Ajarkan ia cara beradaptasi. Hambatan perkembangan psikososial akan membuat anak mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu. Atau sebaliknya, jika orang tua overprotektif, anak menjadi sulit berpisah dengan orang tua, sulit mengerjakan segala sesuatuya sendiri karena tidak pernah diberi kesempatan untuk itu.
Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar