TEORI PENGAJAR
Dalam arti
luas, teori adalah suatu penafsiran sistematik dari suatu bidang ilmu
pengetahuan. Ada ahli yang berpendapat bahwa teori itu dalam praktek
adalah dua hal yang berbeda. Teori berarenakan ilmu pengetahuan, penelitian dan
rekayasa ilmu pengetahuan . Ciri-cirinya abstrak dan berpihak pada landasan
yang berpikir logis. Teori mengemukakan pertimbangan dan prinsip-prinsp
berpikir logis. Teori mengemukakan pertimbangan dan prinsip-prinsip untuk
menjelaskan masaalah yang dipersoalkan, sifatnya deskriptif . Praktek
berarenakan pelaksanaan aktivitas manusia dalam mengerjakan sesuatu. Praktek–
praktek memberikan petunjuk teknis, pedoman pelaksanaan aktivitas manusia dalam
mengerjakan sesuatu. Praktek-praktek memberikan petunjuk teknis, pedoman
pelaksanaan, merupakan dua profesi sifatnya preskriptif.
Untuk memperkuat kedudukan mengajar
sebagai ilmu pengetahuan diperlukan teori yang membahas masalah mengajar
. Orang yang tidak mengembangkan konsep mengajar secara sistematis
mungkin percaya bahwa mengajar itu adalah suatu yang dikerjakan dan
bukan suatu yang dipikirkan atau dipelajari. Pada dasarnya hal yang sangat
dibutuhkan dalam profesi mengajar untuk mengorganisasi pengetahuan kita
tentang mengajar dalam rangka pemantapan konsep mengajar, teori
mengajar seharusnya menjawab tiga pertanyaan:
1.
bagaimana
guru itu berbuat ?
2.
Mengapa
mereka berbuat demikian?
3.
Apa pengaruh
hasil perilaku mereka ?
Setiap teori mengajar harus
menjelaskan, Meramalkan dan mengawasi cara-cara yang di dalamnya perilaku guru
mempelajari cara belajar siswa. Menurut N. L. Gage (1969), teori belajar akan
lebih besar gunanya untuk pendidikan teori-teori itu dijelmakan dalam teori-teori
mengajar. Oleh sebab itu di samping teori belajar juga dibutuhkan teori
mengajar untuk pendidikan dengan alas an sebagai berikut:
1.
Keterbatasan teori belajar
Kebutuhan faedah teori balajar dalam
pendidikan telah lama diakui Berikut beberapa teori belajar:
Ø Teori
Disiplin Mental
Sebelum abad ke-20, telah berkembang
beberapa teori belajar, salah satunya adalah teori disiplin mental. Teori
belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar
orientasinya adalah “filosofis atau spekulatif”. Tokoh teori disiplin mental
adalah Plato dan Aristoteles. Teori disiplin mental ini menganggap bahwa dalam
belajar, mental siswa harus didisiplinkan atau dilatih.
Ø Teori
Behaviorisme
Rumpun teori ini disebut
behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat
diamati atau diukur. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena
memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya
molekul-molekul. Beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:
·
Mengutamakan unsur-unsur atau
bagian-bagian kecil
·
Bersifat mekanistis
·
Menekankan peranan lingkungan
·
Mementingkan pembentukan reaksi atau
respons
·
Menekankan pentingnya latihan
Beberapa prinsip penerapan teori belajar ini adalah:
a.
Belajar itu
berdasarkan keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa
keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya
berarti apabila ada dalam keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa
pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti
berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari
fakta.
b.
Anak yang
belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian
bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja,
akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Oleh karenanya mengajar itu
bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas, tetapi
mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
c. Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight
adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi
permasalahan. Dengan demikian, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan
kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta.
d. Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang
dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu.
2.
Perbedaan
teori belajar dan teori mengajar
Teori belajar itu berbeda dengan
teori mengajar, kerena dalam teori belajar pemikiran tertuju pada bagaimana
manusia itu belajar dan apa hasilnya, sedangkan dalam teori mengajar
pemikiran tertuju pada bagaimana mempengaruhi manusia itu belajar. Menurut Cronbach
dia mengemukakan dalam bukunya educational psychology dengan menyatakan bahwa
“Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami
itu sipengajar mempergunakan panca indranya.
Dari defenisi yang telah dikemukakna
diatas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tinggkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.
Teori adalah cara-cara atau metode
yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti sesuatu dalam sesuatu proses
pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-cara aygn digunakan untuk
memahami tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan.
Menurut Witharington (1952. h. 165)
“belajar merupakam perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola proses yng baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and
Crow dan Hilgrld. Menurut Crow and Crow (1958. h. 225) belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan , pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan
menurut hilgard (1962. h. 252) belajar adalah sutu proses dinama suatu perilaku
muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu siatuasi.
3.
Tuntutan
pendidikan guru
Secara Eksplisit teori megajar
harus bermanfaat bagi pendidikan guru. Dalam pendidikan guru sering digunakan
teori mengajar untuk praktek mengajar. Sumber apa yang kita ketahui
mengenai belajar masih belum memadai untuk dapat menjelaskan apa yang harus
dikerjakan dalam proses mengajar.
4.
Analisis
mengajar
Sebagai suatu konsep, mengajar
memerlukan analisis, yang harus menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan teori-teori
mengajar. Mengajar meliputi banyak jenis proses, perilaku, aktivitas, dan
sebagainya. Oleh karena itu, konsep mengajar harus dianalisis untuk
mewujudkan proses-proses atau unsure-unsur yang dapat mnjadi dasar teori yang
sebenarnya. Analisis mengajar terbagi atas dua yakni :
Ø Analisis
Menurut bentuk kegiatan Guru
Mengajar dapat
dianalisis menurut bentuk-bentuk kegiatan guru karena guru terlibat dalam
bermacam-macam kegiatan. Kegiatan guru meliputi kegiatan memberikan bimbingan,
melakukan pencatatan, menjaga ketertiban dsb.
Ø Analisis
menurut bentuk tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan biasanya dibagi
dalam tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris.
Ø Prinsip-prinsip
mengajar
1.Prinsip
Efisiensi dan Efektifitas
Prinsip efisiensi dan efektifitas
maksudnya adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan
optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti
terlalu banyak bergurau, memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek
pengajaran (guru dan peserta didik) menyadari bahwa pengajaran yang ada
dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
2. Prinsip Globalitas
Prinsip global atau integritas
adalah keseluruhan yang menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi
pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen
sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih
memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
3. Prinsip Permainan dan Hiburan
Setiap individu atau peserta didik
sangat membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar
mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana hening, sepi, dan
serius, akan membuat peserta didik cepat lelah, bosan, butuh istirahat,
rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan
kepada anak didik bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan
sejenisnya untuk mengendorkan.
Tgl 9 Mei
2015
Dirgantara
Wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar