Minggu, 17 Mei 2015

TEORI PENGAJAR

TEORI  PENGAJAR
Dalam arti luas, teori adalah suatu penafsiran sistematik dari suatu bidang ilmu pengetahuan.  Ada ahli yang berpendapat bahwa teori itu dalam praktek adalah dua hal yang berbeda. Teori berarenakan ilmu pengetahuan, penelitian dan rekayasa ilmu pengetahuan . Ciri-cirinya abstrak dan berpihak pada landasan yang berpikir logis. Teori mengemukakan pertimbangan dan prinsip-prinsp berpikir logis. Teori mengemukakan pertimbangan dan prinsip-prinsip untuk menjelaskan masaalah yang dipersoalkan, sifatnya deskriptif . Praktek berarenakan pelaksanaan aktivitas manusia dalam mengerjakan sesuatu. Praktek– praktek memberikan petunjuk teknis, pedoman pelaksanaan aktivitas manusia dalam mengerjakan sesuatu. Praktek-praktek memberikan petunjuk teknis, pedoman pelaksanaan, merupakan dua profesi sifatnya preskriptif.
Untuk memperkuat kedudukan mengajar sebagai ilmu pengetahuan diperlukan teori yang membahas masalah mengajar . Orang yang tidak mengembangkan konsep mengajar secara sistematis mungkin percaya bahwa mengajar itu adalah suatu yang dikerjakan dan bukan suatu yang dipikirkan atau dipelajari. Pada dasarnya hal yang sangat dibutuhkan dalam profesi mengajar untuk mengorganisasi pengetahuan kita tentang mengajar dalam rangka pemantapan konsep mengajar, teori mengajar seharusnya menjawab tiga pertanyaan:
1.      bagaimana guru itu berbuat ?
2.      Mengapa mereka berbuat demikian?
3.      Apa pengaruh hasil perilaku mereka ?
          Setiap teori mengajar harus menjelaskan, Meramalkan dan mengawasi cara-cara yang di dalamnya perilaku guru mempelajari cara belajar siswa. Menurut N. L. Gage (1969), teori belajar akan lebih besar gunanya untuk pendidikan teori-teori itu dijelmakan dalam teori-teori mengajar. Oleh sebab itu di samping teori belajar juga dibutuhkan teori mengajar untuk pendidikan dengan alas an sebagai  berikut:
1.      Keterbatasan teori belajar
Kebutuhan faedah teori balajar dalam pendidikan telah lama diakui Berikut beberapa teori belajar:
Ø    Teori Disiplin Mental
Sebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar, salah satunya adalah teori disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah “filosofis atau spekulatif”. Tokoh teori disiplin mental adalah Plato dan Aristoteles. Teori disiplin mental ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa harus didisiplinkan atau dilatih.
Ø   Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul. Beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:
·         Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil
·         Bersifat mekanistis
·         Menekankan peranan lingkungan
·         Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
·         Menekankan pentingnya latihan
Beberapa prinsip penerapan teori belajar ini adalah:
a.       Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
b.      Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Oleh karenanya mengajar itu bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas, tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
c. Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta.
d. Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu.
2.      Perbedaan teori belajar dan teori mengajar
Teori belajar itu berbeda dengan teori mengajar, kerena dalam teori belajar pemikiran tertuju pada bagaimana manusia itu belajar dan apa hasilnya, sedangkan dalam teori mengajar pemikiran tertuju pada bagaimana mempengaruhi manusia itu belajar. Menurut Cronbach dia mengemukakan dalam bukunya educational psychology dengan menyatakan bahwa “Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu sipengajar mempergunakan panca indranya.
Dari defenisi yang telah dikemukakna diatas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-cara aygn digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Menurut Witharington (1952. h. 165) “belajar merupakam perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yng baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgrld. Menurut Crow and Crow (1958. h. 225) belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan , pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut hilgard (1962. h. 252) belajar adalah sutu proses dinama suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu siatuasi.
3.                              Tuntutan pendidikan guru
Secara Eksplisit teori megajar harus bermanfaat bagi pendidikan guru. Dalam pendidikan guru sering digunakan teori mengajar untuk praktek mengajar. Sumber apa yang kita ketahui mengenai belajar masih belum memadai untuk dapat menjelaskan apa yang harus dikerjakan dalam proses mengajar.
4.                              Analisis mengajar
Sebagai suatu konsep, mengajar memerlukan analisis, yang harus menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan teori-teori mengajar. Mengajar meliputi banyak jenis proses, perilaku, aktivitas, dan sebagainya. Oleh karena itu, konsep mengajar harus dianalisis untuk mewujudkan proses-proses atau unsure-unsur yang dapat mnjadi dasar teori yang sebenarnya. Analisis mengajar terbagi atas dua yakni :
Ø  Analisis  Menurut bentuk kegiatan Guru
Mengajar dapat dianalisis menurut bentuk-bentuk kegiatan guru karena guru terlibat dalam bermacam-macam kegiatan. Kegiatan guru meliputi kegiatan memberikan bimbingan, melakukan pencatatan, menjaga ketertiban dsb.
Ø  Analisis menurut bentuk tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan biasanya dibagi dalam tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Ø  Prinsip-prinsip mengajar
1.Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau, memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan peserta didik) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
2. Prinsip Globalitas
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
3. Prinsip Permainan dan Hiburan
Setiap individu atau peserta didik sangat membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik cepat lelah, bosan, butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada anak didik bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan sejenisnya untuk mengendorkan.
Tgl 9 Mei 2015

Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar